FRIENDZONE? Waktu yang salah atau orang yang salah?

Gambar terkait

"Bagi satu sama lain, kita tahu kita ini siapa. Kita hanya tidak tahu kita ini apa."
-Fiersa Besari

Kutipan dari Fiersa Besari di atas mungkin cukup mewakili pembahasan saya kali ini. Yup, friendzone. Wah berat juga ya. Lama nggak nulis, sekalinya mulai nulis lagi bahas friendzone. Jadi apa sih friendzone itu? Kok kayaknya tahun ini lagi hits banget. Hmm... Jadi friendzone menurut wikipedia adalah situasi dimana salah seorang dalam hubungan pertemanan menginginkan hubungan romantis atau seksual dengan salah satu temannya, tapi temannya yang lain tidak ingin. Ribet amat ya, simpelnya bertepuk sebelah tangan gitu lah ya. Tapi apa benar friendzone itu selalu tentang cinta bertepuk sebelah tangan? Lalu, friendzone itu terjadi karena kita jatuh cinta pada waktu yang salah atau pada orang yang salah? So, let's talk about it.

Sebelum membahas tentang friendzone lebih lanjut, aku mau jelasin dulu kenapa aku memilih topik ini untuk ditulis. Sebenernya alasannya simpel sih, yaitu karena di tahun ini aku sering banget denger orang curhat ke aku kalau mereka sedang terlibat friendzone dengan temannya. Selain itu juga di sosial media sering banget baca istilah itu. Alasan yang terakhir adalah karena aku sendiri juga sempat terlibat friendzone dengan temenku juga. Hiks, sedihnya...

Oke balik lagi. Menurut wikipedia friendzone merupakan istilah keren dari cinta kepada teman atau sahabat yang bertepuk sebelah tangan. Hmm kok sedih ya. Memang sih sedih kalau baca definisi dari wikipedia. Tapi, sebenarnya di realita nggak semenyedihkan itu, kok. Lho kok bisa? Well, ternyata dalam realita friendzone tidak selalu bertepuk sebelah tangan.

Tanggal 27 Desember 2018 aku sempat membuat sebuah polling dan question sticker di akun instagramku tentang friendzone. Aku meminta followers-ku untuk memilih antara 'jatuh cinta pada waktu yang salah' atau 'jatuh cinta pada orang yang salah' dan aku meminta penjelasan tentang pilihan mereka. Ada lebih dari lima puluh responden dan hasilnya hampir seri. Lalu, mana yang benar? Ya, nggak tahu. Nggak deng, hehe.

Sayangnya, kebanyakan dari mereka tidak memberikan alasan. Hanya beberapa saja yang memberi respon alasan mereka menyalahkan waktu atau orang. Kalau begitu kita bahas beberapa respon yang menurutku menarik ya.

Pertama, kita bahas tentang opsi orang yang salah dulu deh.

Ada yang bilang kalau kita mencintai orang yang salah karena mungkin sebenarnya kita terlalu terbawa perasaan dan pada akhirnya menaruh harapan atau bahkan kepercayaan pada orang tersebut. Hmm, ini masuk akal sih dan aku nggak nyangkal sama sekali memang bahwa manusia, apalagi cewek mudah sekali terbawa perasaan kalau diperhatikan dan diperlakukan sangat baik oleh cowok. Wajar? Wajar sih, menurutku terbawa perasaan boleh-boleh saja tapi kalau sudah ada tanda bahwa dia tidak menganggapmu spesial dan perlakuan baiknya ternyata hanya sebagai teman dan dia juga berbuat hal yang sama ke teman yang lain, sebaiknya segera mundur dan jangan berharap deh, apalagi mempercayakan hatimu padanya. Lagi pula, berharap pada manusia banyak kecewanya juga kan, hehe.

Selain itu, beberapa sudah tahu kalau temannya ini menyukai orang lain tetapi dia masih ngeyel untuk tetap suka pada temannya itu. "Ya sekarang dia suka sama orang lain tapi siapa tahu kalau nanti dia udah sadar terus jadi suka sama aku,", alibinya. Aduh nggak gitu konsepnya, ferguso. Kalau sudah tahu begini, harusnya kita sadar diri untuk segera mengubur perasaan kita ini. "Tapi kan move on nggak segampang itu,". Ya iya, memang. Tapi kalau kamu sudah pesimis dan nggak mau mencoba gitu akan lebih sulit dong, sayang. Nggak tahu lagi harus ngomong apa kalau sama yang model begini :(

Terakhir, suka sama teman atau sahabat yang sudah punya pacar alias suka sama pacar orang. Ini sih kalau diterusin bakal jadi bibit pelakor/pebinor nih. Paling bahaya ini. Kalau udah tahu doi pacar orang lebih baik jangan diterusin deh, bro, sist. Bahaya, nanti malah rusak pertemanannya kan sayang. Hehe.

Ya, itu rangkuman beberapa alasan dari yang setuju bahwa friendzone terjadi karena jatuh cinta pada orang yang salah. Oke, kita lanjut ke opini berikutnya dari orang-orang yang menyalahkan waktu padahal waktu nggak ngapa-ngapain huhu.

Salah satu pendapat menyatakan bahwa kita belum waktunya jatuh cinta dan bilang kalau perempuan sebaiknya menunggu, bukan mengejar. Hmm, sebenernya poin kedua agak melenceng sih tapi menarik juga untuk dibahas. Kalau belum waktunya jatuh cinta, lantas apakah ada waktu ideal untuk kita jatuh cinta? Misalnya usia atau apa, tapi responden ini tidak memberi keterangan lebih lanjut. Lalu tentang perempuan yang sebaiknya menunggu, hmm mungkin dia bilang begitu karena yang ngasih pertanyaan perempuan kali, ya? Kalau ngomongin soal perempuan menunggu atau mengejar, bukankah itu hak masing-masing? Kalau cowoknya nggak segera memberi kepastian, apa kita sebagai cewek nggak boleh nanya, sementara harapan terus-menerus diberikan? Kurasa, boleh-boleh saja.

Kemudian ada yang bilang bahwa mungkin saja sekarang dia tidak suka, tapi siapa tahu besok? Wah optimis sekali ya, hehe. Ngomong-ngomong, kasus ini beda sama yang salah satu suka sama orang lain ya, nggak ada penjelasan lebih lanjut sih. Mungkin teman yang dia suka ini lagi nggak jatuh cinta pada siapa-siapa, mungkin lho yaa. Kalau soal ini, cari tahu deh doi lagi suka sama orang lain atau enggak, kalau iya bahaya nih hehe.

Terakhir tentang keduanya saling suka, tapi sama-sama memilih untuk berteman saja. Alasannya karena takutnya kalau putus malah memutus tali silaturahim. Selain itu, sama-sama ingin memantaskan diri bagi satu sama lain dan menuntaskan studi. Well, ini bagus sih alasannya. Asalkan kalau sudah pantas dan studinya tuntas, jangan sama yang lain aja, hahaha.

Selain dari alasan-alasan di atas, ternyata masih ada beberapa orang yang memberikan alasan tanpa memilih opsi yang disediakan. Berikut ini adalah beberapa alasannya.

Beberapa orang merasa tidak pantas menyukai karena merasa dirinya tidak cukup cantik, tidak cukup tampan, atau bahkan tidak selevel dengan doi. Hmm, sebenarnya aku nggak tau harus bagaimana menanggapi orang-orang pesimis ini. Ya memang sih, setiap orang mungkin memiliki kriteria dalam memilih pasangan. Tapi seharusnya nggak membuat kita menjadi minder seperti itu karena justru akan menimbulkan kecemasan bagi diri sendiri karena merasa kurang. Just take it easy. Kalau kamu belum menyatakan atau belum tahu perasaan dia, kurasa kamu cemen. Tapi kalau kamu sudah menyatakan atau tahu perasaan dia, seharusnya nggak lantas membuatmu merasa minder. Kenapa? Karena perasaan itu nggak melulu tentang cantik, tampan, kaya, atau tolok ukur yang kita jadikan standar sendiri. Standar kecantikan, ketampanan, kekayaan dan level itu hanya social construct yang bisa menyebabkan insecure pada yang menganutnya. Gitu sih.

Jadi, kesimpulannya mana yang benar tentang friendzone? Apakah selalu bertepuk sebelah tangan atau tidak? Kalau dari beberapa respon di atas, kita sudah bisa langsung tahu bahwa ada yang saling suka tetapi memilih untuk tidak memiliki hubungan lebih dari teman atau sahabat.

Selain itu, ada dua teman yang pernah curhat bahwa mereka saling suka tapi sama-sama nggak berani menyatakan karena takut merusak hubungan pertemanan yang sudah ada. Hingga akhirnya mereka sama-sama menjalin hubungan dengan orang lain dan perasaan mereka hanya terkubur dalam-dalam. Inilah sebabnya kenapa kita harus mencari tahu perasaan doi sebelum membuat kesimpulan yang menggalaukan diri sendiri.

Lalu, friendzone itu terjadi karena jatuh cinta pada orang salah atau pada waktu yang salah? Well, aku juga nggak tau mana yang benar dan mana yang salah karena setiap orang memiliki persepsi masing-masing. Tergantung konteksnya seperti pembahasan di atas. Jadi balik lagi ke teman-teman mau setuju yang mana, hehe.

Tapi, kita nggak perlu risau. Nggak semua friendzone berakhir buruk kok. Buktinya ada tuh teman tapi menikah. Semua hanya soal waktu saja. Kalau sekarang doi masih pacar orang atau suka sama orang, kan bisa aja nikahnya sama kita. Kalau sekarang bertepuk sebelah tangan, kan siapa tahu nanti doi tahu-tahu ngelamar. Atau kalau sekarang sama-sama memantaskan diri, semoga saja kalau sudah pantas nggak sama yang lain. Hehehe. Iya bener, kalau saya setuju friendzone terjadi karena jatuh cinta di waktu yang salah. Hahaha.

Oke, kayaknya sudah cukup panjang dan membosankan untuk dibaca. Jadi cukup sekian tulisan saya setelah setahun lebih hiatus karena ke(sok)sibukan saya. Terima kasih sudah membaca.


Love,
Sajak Sang Pena

Comments