GARUDA SAKTI : Benar-benar sakti.

Garuda Sakti merupakan salah satu organisasi di kampusku, Universitas Airlangga. Organisasi ini mengurus dua kompetisi nasional di bidang akademik, Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan Mahasiswa Berprestasi (Mawapres). Tapi bukan itu yang mau dibahas, hehe. Terus apa dong? Ya tentang aku, lah. Ini kan blog ku, bukan blog Garuda Sakti.

Jadi, aku adalah salah satu orang yang bangga menjadi bagian dari Garuda Sakti. Kenapa? Bentar bentar, sabar, itu dibahas agak nanti haha. Sekarang, aku mau bahas dulu bagaimana aku bisa menjadi bagian dari Garuda Sakti dan mengapa aku memilih Garuda Sakti. Oke, mulai yaa.

Oke, sebenarnya dulu waktu semester tiga aku mulai merasa tergugah untuk ikut organisasi. Kenapa? Emangnya sebelumnya nggak ikut? Yup, sebelumnya nggak ikut karena sebuah ketraumaan dari politik open recruitment kampus yang ternyata sudah di-setting, ya walaupun aku sadar kalau waktu itu aku belum layak diterima, tapi caranya agak nggak fair aja gitu, hehe. Sejak itu aku memukul rata semua organisasi dan beranggapan semuanya seperti itu, jadi nggak mau ikut apa-apa. Jadi panitia pun ditawarin dan otomatis masuk kalau mau sama tawarannya, haha.

Lanjut, akhirnya di semester dua dan tiga aku baru sadar kalau ternyata nggak semua organisasi sama kayak yang aku pikirkan. Aku memilih untuk ikut Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) tingkat fakultas. Itu saja sebenarnya masih banyak pertimbangan dan keraguan, akhirnya daftar lah aku di masa waktu perpanjangan open recruitment. Tapi, sebelum itu aku sudah ikut open recruitment di Garuda Sakti yang kebetulan lebih dulu. Voila! Aku diterima dong di dua organisasi itu, di bidang yang sama lagi. Mampus lah aku bakal kena deadline setiap hari. Ya, aku diterima di departemen kominfo BEM dan divisi medinfo Garuda Sakti. Asyemm. Tapi aku tetap bersyukur karena resolusi 2017 ku untuk masuk organisasi tercapai, masalah deadline jalanin aja deh gimana nanti.

Oh iya, sebenarnya aku nggak nyangka diterima di Garuda Sakti, karena yang daftar banyak banget waktu itu dan organisasi itu keren banget, walaupun nggak begitu terkenal karena branding-nya waktu itu nggak bagus-bagus amat. Tapi, organisasi sekeren itu cuma aku jadiin cadangan waktu open recruitment, jaga-jaga kalau nggak keterima di BEM, agak nggak tahu diri sih memang. Parahnya lagi, selama tahun pertama di BEM dan Garuda Sakti, aku justru lebih nyaman di Garuda Sakti ketimbang di BEM. Bukannya aku nggak nyaman di BEM, tapi mungkin orang-orang di BEM agak kurang cocok sama aku aja. Kalau di Garuda Sakti, nggak tahu ya, aku merasa lebih diayomi dan benar-benar dapet esensi kekeluargaan dan apa-apanya. Bahkan kalau acara BEM dan Garuda Sakti bentrok, aku bakal miilih Garuda Sakti. Tapi untungnya nggak pernah bentrok, sih. Jadi aku nggak perlu galau dan bohong ke salah satu, hehe.

Ngomong-ngomong, di paragraf sebelumnya bukan berarti aku menjatuhkan BEM ya. Itu hanya perbandingan aja kok, karena sejujurnya kepemimpinan, manajemen, program kerja dan cara menumbuhkan kekeluargaannya itu jauh lebih bagus dan lebih kelihatan yang di BEM pada tahun itu karena aku lihat di teman-teman BEM yang lain mereka banyak yang akrab banget dan asik gitu kok. Tapi kok aku lebih nyaman di Garuda Sakti? Ya, kayak yang aku bilang tadi kalau aku lebih cocok dengan orang-orang di Garuda Sakti karena lebih enak diajak diskusi dan menambah banyak banget ilmu baru, tukar pendapat dan segala macam karena memang kita semua dari fakultas yang berbeda, jadi kayak lebih asik aja gitu diajak diskusi. Selain itu, aku juga mendapatkan apa yang aku harapkan dari organisasi itu ya di Garuda Sakti. Mungkin di BEM karena aku merasa nggak cocok sama orang-orangnya jadi aku juga agak menutup diri dan jarang main ke basecamp-nya, abisnya kalau ke basecamp kadang kebanyakan tidur, main, atau bercanda doang sih, jarang yang diskusi gitu, hehe. Tapi di BEM akhirnya aku menemukan teman-teman yang cocok di departemen lain, yaitu keilmuan karena kebetulan aku dapet plot untuk melayani design dari departemen keilmuan. Gitu.

Nah, dari Garuda Sakti aku juga menjadi terpacu untuk berprestasi karena di sana kebanyakan isinya orang-orang pintar dan berprestasi, sih. Jadi rasanya agak minder juga kalau aku gini-gini aja. Ya, akhirnya aku ikut lah beberapa lomba kayak business plan, artikel, esai, dan sejenisnya. Tapi belum pernah tuh yang sampai menang, huhu. Tapi nggak masalah, kan sudah usaha. Aku merasa nggak cocok aja, akhirnya aku mencoba lomba di bidang lain yang aku minati dan beberapa ada lah yang menang, memang nggak besar sih lombanya, jadi kebanyakan cuma online gitu. Tapi nggak masalah, semua berawal dari hal kecil, kan? Hehe.

Nggak banyak cerita sih di tahun pertama, banyak ceritanya di tahun kedua, tahun 2018. Di tahun ini, aku bersyukur diberi kepercayaan sebagai penerus ketua divisi media dan informasi di Garuda Sakti. Percaya, nggak percaya sih kareena waktu aku jadi staf kinerjaku nggak begitu bagus malah kadang marah-marah kalau diminta design dadakan. Ada yang lebih bagus dan nggak banyak ngeluh, tapi aku yang dipilih? "Mungkin ada faktor lain selain kinerja kali ya,", pikirku. Ya sudah akhirnya aku terima tawaran itu, sekalian memberi tantangan untuk diri sendiri, mampu nggak sih aku di posisi itu, haha. Nah, di tahun 2018 ini banyak sekali lika-liku dari 'jabatan' itu. Banyak hal ku korbankan, banyak hal ku pertaruhkan, banyak waktu yang ku habiskan dan melenceng dari perkiraan, dan masih banyak lagi. Lebay, ya? Biarin deh, emang begitu kenyataannya, kok. Tinggal baca aja nggak usah protes!

Di tahun ini, aku bertemu orang-orang hebat di divisi dan organisasi. Aku memilih staf yang nggak semua bagus, sengaja karena aku ingin melihat seberapa mampu aku mempengaruhi orang untuk bisa berubah menjadi lebih baik. Di divisi ini, aku menemukan orang-orang keren dan berprestasi, mulai dari mahasiswa berprestasi (mawapres), tukang lomba, sampai penulis, bahkan violin ada di divisi ini. Aku bangga, sekaligus galau. Bangga karena aku mengenal orang-orang keren dan berprestasi, bangga karena mereka nggak ada yang 'hilang' sampai akhir kepengurusan, bahkan aku punya anak tambahan, anak pungut katanya, haha. Galau karena mereka orang-orang sibuk, takut kalau 'hilang' pas dimintain tolong atau diajak rapat. Tapi, aku bersyukur karena kegalauanku tidak terbukti. Terima kasih, kalianku.

Di awal, mereka begitu antusias dan selalu cekatan kalau diajak rapat atau dimintai tolong. Hal itu membuat aku optimis kalau ini akan keren karena antusiasme mereka. Namun sayangnya itu nggak berlangsung lama, hanya sekitar dua sampai tiga bulan saja. Semakin lama, mereka semakin slow response dan kadang banyak alasan. Aku tahu, alasannya ada yang nyata dan ada yang dibuat-buat. Nggak masalah, itu hak mereka. Tapi jujur saja, kecewa pasti ada, amarah pasti sedikit tersulut dan ego untuk menagih komitmen mereka kadang tak sanggup kutahan. Evaluasi ku beri tanpa henti, namun perubahan tak kunjung kutemui. Kadang aku hampir menyerah dan mundur, tapi semangat dari teman-teman pengurus inti kembali membuatku bertahan. Sekali, dua kali hingga entah berapa kali sampai akhir kepengurusan.

Banyak yang kukorbankan agar membuat anak-anakku di divisi bertahan. Membatalkan janji karena rapat di waktu yang mereka bisa, memang sangat susah mengatur jadwal karena hampir semua berbeda fakultas. Padahal rapatnya hanya satu bulan sekali, tapi hampir tidak ada satu haripun hari yang sama-sama kosong. Aku nggak ngerti.

Waktu yang kuhabiskan untuk menanggapi keluh kesah mereka dan menggantikan mengerjakan pekerjaan yang kadang mereka tidak bisa. Tapi sejujurnya aku senang jika mereka mau berkeluh kesah langsung kepadaku, bukan membicarakan aku dibelakangku dengan yang lain. Mengapa? Agar aku evaluasi dan mengerti harus bagaimana memperlakukan mereka. Tapi ini yang terkadang mereka nggak pahami dan membicarakanku dibelakang. Kok aku tahu? Ya tahu, lah. Aku tidak semasa bodoh itu, sayang. Hehe.

Dugaanku bahwa mereka akan selalu ada ternyata runtuh ketika seseorang yang berpengaruh untuk kelangsungan hidup instagram tiba-tiba hilang, berubah dan kehilangan inspirasi untuk membuat design. Tapi aku maklum, memang orang kadang perlu melalui titik terendah untuk melanjutkan perjalanan sampai puncak. Aku senang, karena dia masih mau memberikan penjelasan dan membalas pesanku, walaupun jawaban yang aku dapatkan agak mengecewakan. Tapi setidaknya itu adalah sebuah kepastian.

Dugaanku bahwa mereka akan selalu bersemangat juga runtuh ketika perlahan-lahan mereka mulai sibuk dan kadang meninggalkan tugas yang sudah dibagi sejak awal, ketika mereka tidak memberikan respon untuk mengerjakan tugas dadakan. Aku sedih, aku kecewa, aku marah, tapi kutahan. Kuberi tahu pelan-pelan, walaupun pada akhirnya amarahku meledak juga karena beberapa kali diingatkan tapi tidak ada perubahan. Mengontrol manusia memang susah karena terjerat hak asasi, padahal mereka sendiri yang membuat komitmen ketika open recruitment. Huh! Tapi aku sangat menyadari bahwa mereka juga kuliah, mereka jug ada tugas, mereka juga punya kehidupan lain, begitupun aku. Jadi, aku maklum juga, tapi memang kadang ya ada lah rasa kecewa dan marah, nggak bisa dipungkiri huhu.

Oh iya, bahkan kisah romansaku pun menjadi korban selama satu tahun ini. Aku sempat menjalin hubungan dengan seseorang setelah bertahun-tahun sendiri, hahaha. Dia sangat sabar dan selalu menjadi pelampiasan kalau aku lelah, marah, kecewa, bahkan emosi. Namun, manusia punya batas sabar dan suatu hari dia mencapai batas sabar itu. Katanya, dia lelah karena terus-terusan menjadi pelampiasan perasaanku yang terjadi bukan karena dia. Akhirnya berakhirlah kisah itu. Dia tetap kekeuh meski aku sempat memberi janji itu tidak akan terjadi kalau aku sudah lengser dari jabatan di organisasi. Ya sudah.

Tapi walau bagaimanapun berbagai hal itu menguras emosiku, aku sangat sayang dan berterima kasih pada mereka. Mereka yang membantuku melalui tantangan yang kubuat untuk diriku sendiri, mereka yang membantu aku mewujudkan visiku dalam organisasi ini. Mereka yang membantu melatihku menahan emosi. Mereka yang mengisi hari-hariku dengan banyak rasa asam manis pahit dalam kurun waktu hampir satu tahun ini. Mereka yang memenuhi pikiranku hingga kadang terbawa mimpi, ini serius sampai ke mimpi! Mereka juga yang membuatku terus bertahan, ya gimana mau mundur juga aku sudah terlanjur sayang sama mereka walaupun kadang nyebelin. Omong-omong, aku juga bangga karena banyak dari anak-anakku di divisi medinfo banyak yang menjadi orang penting di berbagai organisasi. Mulai dari organisasi tingkat jurusan, fakultas, universitas dan bahkan organisasi di luar kampus. Mama bangga, nak! :')


Inilah merekaku, medinfoku, kesayanganku. Dipa, Fida, Annisa', Naqries, Aul, Rosy, Sasa, Fajar, Nando, Sumber. Walaupun kepengurusan kita sudah berakhir, tapi pertemanan dan persaudaraan kita jangan, ya? Semangat dan sukses untuk kegiatan dan 'jabatan' kalian selanjutnya!

Dan ini, badan pengurus harian (inti) yang tahan banting, tahan segalanya, tahan hujatan juga, tapi nggak tahan lapar, nggak tahan tawa dan nggak tahan diam kalau denger lagu enak dikit, hahaha. Terima kasih ya, sudah selalu saling menyemangati, saling menguatkan dan saling merangkul. Walaupun kadang sebel karena nggak solutif dan kadang juga perdebatan nggak bisa dihindari, tapi aku sayang. See you when i see you, guys!

Dan ini, orang-orang dibalik riwehnya PKM dan mawapres di kampus. Mereka benar-benar sakti karena mampu membuatku bertahan dan membuatku bangga untuk menjadikan Garuda Sakti sebagai identitasku. Hehe. Terima kasih satu tahun (eh, dua tahun? beda orang deng yang tahun sebelumnya, hehe) yang penuh makna ini!

Terakhir, terima kasih sudah membaca!


With love,
Sajak Sang Pena a.k.a May

Comments