just wanna confess my feeling.

Sebuah tulisan yang berisi tentang perasaanku, ya begitulah...



Teruntuk kamu, yang aku cintai diam-diam.
-T

Tiga tahun lebih, bukan waktu yang singkat untuk sekedar mencintai diam-diam. Bukan waktu yang singkat untuk menunggu hal yang sia-sia. Mungkin memang aku yang terlalu bodoh karena membiarkan perasaanku berlarut-larut pada orang yang sama, yang bahkan tidak peduli dengan perasaanku. Juga tidak peduli dengan bayangmu yang selalu hadir sebelum aku terlelap.

Entah sejak kapan perasaan ini ada, yang jelas hatiku begitu lancang karena mencintaimu yang begitu jauh dari gapaiku. Sejujurnya aku pun sadar diri bahwa aku bukan yang kau idamkan. Mungkin bagimu, aku adalah harapan yang tidak diharapkan, aku hanyalah bintang yang selalu diabaikan, bulan yang selalu sendirian. Atau angin yang kadang mengganggu dan hujan yang selalu kau hindari dengan berteduh? Aku tak tahu, sebab yang aku tahu hanya aku mencintaimu. Titik, tanpa koma, tanpa perlu kau balas jika kau tidak ingin.

Maaf karena telah mencintaimu, menganggap kebaikanmu secara berlebihan, bermimpi untuk memilikimu dan tidak mampu mengubur perasaan ini sesegera mungkin. Maafkan aku...
Maaf karena masih memikirkanmu sampai saat ini, takut kehilanganmu dan terus berharap kau tidak meninggalkanku. Aku tahu itu tidak mungkin, maka maafkan aku...
Maaf jika perasaan yang kunyatakan padamu beberapa waktu lalu mengganggu pikiranmu. Maaf jika tingkahku akhir-akhir ini membuatmu menjauhiku. Padahal aku memintamu agar tdak berubah, tetapi aku sendiri yang membuatmu berubah. Mungkin termasuk dengan tulisan ini. Maafkan aku...

Terima kasih karena sempat mengisi dan mewarnai hari-hariku tanpa kau sadari. Terima kasih karena pernah menghibur dan membantu disaat terendahku tanpa kau tahu. Terima kasih telah ada dan bersedia menjadi temanku. Terima kasih banyak.

Jika kau membaca ini, aku sungguh meminta maaf. Maaf karena aku tidak mampu mengatakan ini secara langsung atau melalui messenger media sosial kepadamu. Entah, aku hanya tidak sanggup.

Untuk -yang kuanggap- janji waktu itu, kau boleh melupakannya. Namun jika kau ingin menepatinya, mari kita lakukan. Tapi jika kau tidak ingin melakukannya, aku tidak masalah. Aku paham, tidak akan mudah bagimu.

Hanya merelakan dan mengikhlaskan semuanya yang bisa kulakukan saat ini. Aku tahu ini tidak akan mudah, namun jika aku membiarkan perasaan ini berlarut-larut akan lebih sulit. Baik bagiku, maupun bagimu. Maka aku akan mengikhlaskan semuanya. Sebab aku tidak akan menjadi pelangi yang mampu mewarnaimu, tidak akan bisa menjadi matahari yang selalu kau sambut setiap pagi, juga tidak akan mungkin menjadi yang kau cinta.

Pesanku yang terakhir, berbahagia lah. Karena hanya dengan bahagiamu, sakit hati dan air mata yang jatuh karena perasaan ini akan impas. Karena bahagiamu merupakan bukti dari kemenanganku atas egoku sendiri. Jadi, berbahagialah... Aku? Akan tetap mencintaimu, entah sampai kapan.


Dari aku,
yang mencintaimu tanpa koma.

Comments

  1. "aku? akan tetap mencintaimu, entah sampai kapan"
    cinta emang ga bisa dipaksa juga ga bisa begitu mudah dihapus.
    thank's buat tulisannya yang bisa buat aku lebih sadar diri atas cinta sepihak ini.

    ReplyDelete

Post a Comment